Kamis, 31 Maret 2011

Franchise Apotek: Menguntungkan atau Tidak??

Dunia usaha di segala bidang akan selalu mengalami kemajuan maupun kemunduran. Hal ini tergantung daripada pengelolaan dari pihak pengusahanya. Berbagai macam cara dilakukan para pengusaha agar usaha mereka tetap eksis di dunia ini, baik itu diversifikasi usaha, pelebaran daerah usaha, dsb. Tujuannya hanya satu, yaitu untuk meningkatkan keuntungan.
Salah satu usaha tersebut ialah dengan menggunakan sistem franchise. Nah, yang akan saya bahas di sini berkaitan dengan franchise apotek yang semakin marak di negeri kita ini.
Seiring dengan tingkat persaingan yang semakin tinggi, muncullah suatu konsep yang disebut dengan sistem apotek jaringan. Franchise apotek bagi saya adalah salah satu bentuk sistem apotek jaringan. So, apakah apotek jaringan itu?
Apotek jaringan ialah suatu sistem jaringan retail di bidang farmasi dimana seluruh sistem manajemen di dalamnya memiliki kesamaan dan saling terikat satu dengan lainnya walaupun tempat usaha tersebut berada di beberapa tempat. Sistem manajemen tersebut antara lain: sistem pembelian barang, sistem pelayanan, sistem pengaturan stock produk, dsb. Dengan adanya sistem ini diharapkan adanya efisiensi dan efektivitas dari seluruh apotek yang terkait sehingga akan meningkatkan keuntungan di kemudian hari.
Bagi para pengusaha yang memiliki modal yang sangat besar, hal tersebut telah lama dilakukan dengan cara membuka cabang-cabang apotek di berbagai daerah. Walaupun demikian, sistem manajemennya tetap berada di satu atap. Sebagai contoh: Apotek Roxy yang dulu memulai apoteknya di daerah roxy, sekarang telah memiliki lebih dari 10 cabang di seluruh daerah Jabotabek, Apotek Kimia Farma yang merupakan salah satu BUMN telah memiliki lebih dari 100 cabang dan tersebar di seluruh Indonesia, dan masih banyak apotek-apotek yang menerapkan konsep apotek jaringan ini.
Kalau demikian, apa keuntungan dengan adanya sistem apotek jaringan ini? Banyak keuntungan yang diperoleh dari sistem ini, diantaranya:
  1. Manajemen menjadi terkontrol dengan baik karena sistem pengawasan terpusat dari satu tempat saja.
  2. Distribusi produk menjadi lebih luas, dimana dengan banyaknya cabang, pembelanjaan produk menjadi meningkat dan tersebar luas. Dengan kuantitas pembelanjaan yang besar, kondisi harga pun menjadi lebih bagus sehingga harga yang ditawarkan ke konsumen pun menjadi kompetitif.
  3. Pelayanan terhadap konsumen pun seragam di berbagai cabang karena memiliki Standar Operasional yang sama.
  4. Terbukanya banyak lowongan kerja.
Walaupun demikian, untuk mencapai kesemuanya itu bukanlah hal yang mudah, perlu proses dan biaya yang tidak murah. Perlu waktu yang tidak singkat, bahkan bisa puluhan tahun untuk mencapai hal tersebut. Nah, bagaimana bagi  kita yang ingin berusaha di bidang ini, tetapi memiliki modal yang tidak terlalu besar. Hal tersebut bisa kita lakukan, tetapi butuh waktu yang sangat lama.
Bagi kita yang ingin berusaha dan ingin cepat berkembang, kita bisa mengikuti yang namanya sistem franchise, dimana kita menanamkan modal kita dan membeli sistem apotek jaringan yang telah ada dengan kompensasi memberikan semacam royalti dari omzet penjualan apotek kita kepada pemilik merk apotek tersebut. Beberapa apotek jaringan telah melakukan hal tersebut, diantaranya ialah Apotek Century, Apotek Guardian, Apotek K-24, Apotek Kimia Farma. Mereka melakukan sistem franchise dengan tujuan agar mereka dapat melebarkan sayap usaha tanpa harus menggelontorkan modal mereka sendiri.
Menurut saya, sistem franchise ini sangat menarik, apalagi bagi yang masih buta di bidang retail farmasi. Mengapa demikian? Sebab kita tidak perlu lagi memusingkan mengenai manajemen apotek kita nantinya, pengendalian stok yang terarah, brand apotek juga sudah dikenal masyarakat sehingga tidak perlu pengeluaran biaya promosi yang besar, dan masih banyak lagi. Walaupun demikian, bagi saya masih ada kelemahan-kelemahan yang saya amati dengan adanya sistem franchise apotek ini, antara lain:
  • Sistem royalti fee berdasarkan omzet penjualan di apotek tersebut. 
Memang ada kompensasi yang harus kita bayarkan yaitu berupa royalti fee karena kita menggunakan brand apotek yang sudah terkenal. Royalti ini berdasarkan omzet penjualan per bulan dari apotek tersebut. Sangat bagus jika lokasi apotek yang kita buka memiliki omzet yang besar, tetapi jika lokasi yang kita buka ternyata tidak sesuai yang kita harapkan dan malah merugi, hal ini akan makin memberatkan kita dengan sendirinya. Modal yang kita tanamkan di usaha tersebut menjadi habis, sedangkan pihak franchisor belum tentu menjamin akan adanya keuntungan yang diharapkan sebelumnya.
  • Harga produk yang seragam belum tentu bisa diterapkan di setiap daerah.
Sistem penentuan harga yang seragam belum tentu dapat diterapkan di setiap daerah. Terkadang hal tersebut bisa menjadi bumerang bagi kita sendiri, apalagi jika kita ingin membuka apotek franchise di daerah dimana tingkat persaingan harga yang sangat tinggi. Sebagai contoh: Obat A yang telah ditetapkan dari pihak franchisor dengan harga B, ternyata dengan harga tersebut tidak kompetitif di daerah tersebut. Akibatnya akan membuat apotek kita terkenal mahal di masyarakat sekitar apotek kita. Omzet penjualan tidak sesuai yang diharapkan, sedangkan kita juga harus membayar royalti fee kepada pihak franchisor. Lalu, apa gunanya kita membeli franchise?
  • Pihak Investor hanya bersifat pasif.
Karena sistem manajemen yang telah terpusat, pihak investor / franchisee hanya bersikap pasif saja. Segala keputusan, manajemen, kebijakan-kebijakan lainnya telah diatur dari pusat. Kita hanya duduk diam dan mengamati dari luar, sedangkan resiko usaha tersebut tetap di tangan investor. Jikalau demikian adanya lebih baik kita putar modal usaha tersebut di bursa saham saja, setidaknya kita masih memiliki keputusan untuk membeli / menjual saham yang kita miliki.

Jadi bagi Anda yang ingin memulai usaha di bidang ini, silahkan Anda pilih bentuk apotek yang bagaimana yang ingin Anda buka. Ingin cepat berkembang? Cobalah dengan sistem franchise dengan memikirkan untung ruginya. Start dari awal? Coba saja dan juga pikirkan untung ruginya. Gak ada yang salah, sebab segala macam konsep memiliki resikonya masing-masing, keputusan tetap di tangan Anda.

Tips Memulai Usaha dan Pengembangan Apotek

Berikut ini saya ingin menyampaikan beberapa tips untuk memulai usaha apotek dan pengembangannya. Hal ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya berkecimpung dalam usaha perapotekan. Mungkin beberapa hal sudah menjadi tips yang umum dalam memulai suatu usaha apapun.

Tips Memulai Usaha di Bidang Apotek

  • Survey Lokasi
          Lokasi tempat yang akan dijadikan oleh Anda untuk apotek sebelumnya harus disurvei dulu. Survei yang harus dilakukan ialah: posisi apotek Anda (tengah kota atau pemukiman), kemudahan transportasi ke sana, jumlah penduduk di areas sekitar (jumlah KK), jumlah apotek dan toko obat dalam radius 1 km dari lokasi, jumlah praktek dokter, klinik, maupun rumah sakit dalam radius 1 km dari lokasi, tingkat ekonomi masyarakat daerah sekitar apotek.
Mengapa hal tersebut harus kita lakukan? Semua survei tersebut di atas dilakukan nantinya untuk menentukan apakah lokasi yang ingin dijadikan apotek masih cocok dan mampu bersaing dengan apotek / toko obat yang telah lebih dulu berdiri di daerah tersebut dan juga menentukan produk-produk yang akan kita sediakan nantinya di apotek kita nanti. 
  • Penyediaan Produk
          Setelah ditentukan lokasi yang Anda pilih, penyediaan produk di apotek Anda disesuaikan dengan lokasi yang telah Anda tentukan. Hal ini bisa dilihat dari data jumlah praktek dokter di sekitar apotek Anda, jumlah klinik di sekitar apotek, dan tingkat ekonomi masyarakat sekitar apotek. Lho, kok tingkat ekonomi masyarakat sekitar perlu juga? Betul, hal ini harus diperhatikan terutama untuk Anda yang mendirikan apotek di daerah pemukiman. Mengapa? Soalnya sudah bisa dipastikan target konsumen yang Anda layani nantinya sebagian besar dari masyarakat sekitar jika Anda mendirikannya di daerah pemukiman. Nah, kalau daerah apotek tersebut tingkat ekonomi masyarakatnya menengah ke bawah, kita bisa memperkirakan obat-obat apa saja yang akan kita sediakan dimana sudah barang tentu obat-obatan yang murah harganya (sebagian besar obat-obatan generik). Produk-produk ini yang nantinya akan menjadi produk fast moving di apotek Anda. Di samping itu, kita juga nantinya bisa menentukan margin keuntungan yang ingin kita peroleh, sebab untuk daerah dengan tingkat ekonomi masyarakatnya menengah ke bawah hal yang paling krusial dalam belanja obat di apotek adalah masalah harga. Mereka akan mencari apotek yang menjual obat dengan harga murah. Loyalitas mereka mudah goyah jika ada kompetitor Anda bisa menawarkan harga yang lebih murah dari Anda. Selama harganya lebih murah (padahal cuma beda tipis dari jaraknya lumayan dari rumah mereka) dari apotek Anda, mereka akan lari ke kompetitor Anda.

  • Desain Ruangan
          Buatlah desain ruangan apotek Anda semenarik mungkin. Pencahayaan di dalam dan luar apotek haruslah membuat konsumen tertarik dan mengingat apotek Anda. Contohnya: Apotek Kimia Farma identik dengan warna biru, Apotek K-24 identik dengan warna hijau, dll. Desain lampu neon box buatlah semenarik mungkin dan juga mencerminkan apotek Anda. Untuk di dalam ruangan buatlah desain ruangan yang membuat konsumen nyaman di apotek Anda (ruangan ber-AC, ruang tunggu yang nyaman, dll). Penerangan di apotek juga sebisa mungkin terang (bisa dibantu dengan warna dinding yang cerah).
Apabila masih ada space ruangan di apotek Anda, bisa Anda manfaatkan untuk ruangan praktek dokter ataupun untuk usaha lain yang menunjang usaha apotek Anda.

  • Karyawan
          Kalau Anda masih baru dalam usaha apotek, dalam hal perekrutan karyawan, pilihlah salah satu asisten Anda yang telah memiliki pengalaman dalam hal manajemen apotek. Sisanya bisa Anda rekrut yang masih fresh graduate. Asisten Anda yang telah memiliki pengalaman ini nantinya dapat membantu Anda dalam pengelolaan apotek Anda nantinya. Untuk apoteker penanggung jawabnya bisa Anda rekrut dari apoteker yang baru lulus atau jika Anda seorang apoteker bisa Anda langsung sebagai penanggung jawabnya.
Mengapa saya bilang harus ada salah satu asisten Anda yang telah punya pengalaman, karena nantinya dia akan membantu Anda dalam pengelolaan apotek, dari pengelolaan stock barang, pengelolaan pembelian produk, pelayanan konsumen yang baik dan cepat, dan masih banyak lagi.

  • Software Manajemen Apotek
          Software manajemen apotek merupakan salah satu alat untuk membantu Anda dalam pengelolaan apotek di tempat Anda. Di dalam software ini Anda dapat memantau perkembangan apotek Anda, dari pengelolaan stock barang, trend penjualan produk, laporan penjualan (laba / rugi) apotek Anda, dan masih banyak lagi. Sekarang ini sudah banyak software manajemen apotek yang ditawarkan dan dengan harga yang terjangkau.


Demikian beberapa tips dalam memulai usaha di bidang apotek, mudah-mudahan tips ini dapat membantu. Selanjutnya akan saya sampaikan beberapa tips dalam pengelolaan apotek ketika apotek Anda sudah berjalan.


Tips Pengelolaan Apotek

Ada beberapa tips yang ingin saya sampaikan dalam pengelolaan apotek ketika apotek Anda sedang berjalan. Hal ini saya sampaikan berdasarkan pengalaman saya sebagai salah satu pelaku usaha ini, diantaranya:
  • Dikarenakan apotek kita masih baru, dalam pembelian produk janganlah berbelanja produk banyak-banyak dulu. Belanjalah produk-produk yang sudah pasti laku di pasaran dan juga belanja produk-produk obat wajib apotek menurut depkes. Daftar tersebut dapat dilihat di dinkes setempat. Stok produk juga jangan terlalu berlebihan. Sediakan produk untuk persediaan satu bulan pertama.
  • Belanjalah produk ke distributor secukupnya saja. Tujuannya ialah untuk mengetahui patokan harga standar dari masing-masing distributor. Setelah itu untuk pembelanjaan selanjutnya akan saya kasih tau triknya nanti.
  • Jalin kerjasama dengan apotek, klinik maupun praktek dokter sekitar Anda. Hubungan ini ditujukan untuk dapat meningkatkan omzet penjualan apotek Anda dan juga membantu Anda dalam penyediaan produk yang sebelumnya belum tersedia di tempat Anda. Apabila apotek sekitar Anda menjual produknya ke sesama apotek ternyata sama dengan ke konsumen, tidak perlu takut. Kalau perlu kita tidak usah mengambil untung lagi atau bahkan kita menjualnya kembali dengan lebih murah ke konsumen. Setidaknya kita tahu patokan margin apotek sekitar kita kepada konsumen.
  • Kontrol trend penjualan produk di apotek Anda setiap bulannya. Hal ini untuk mengetahui produk-produk apa saja yang laku di apotek Anda sehingga kita dapat menambahkan stok produk tersebut di bulan berikutnya. Untuk produk-produk yang kurang atau bahkan tidak laku selama 3 bulan, juallah produk tersebut tanpa mengambil keuntungan atau jual rugi. Setelah itu, produk tersebut tidak perlu disediakan lagi di apotek Anda daripada produk tersebut menjadi kadaluarsa di kemudian hari dan tidak dapat diretur ke distributor. Terkadang distributor sering berubah peraturan masalah retur untuk produk-produk tertentu. Lebih baik rugi sekarang daripada rugi kemudian hari, karena hasil dari penjualan produk yang tidak lagi tersebut dapat kita gunakan untuk menambah stok produk yang laku di apotek kita.
  • Jalin kerjasama dengan klinik, praktek dokter di sekitar apotek Anda. Hal ini bertujuan agar resep-resep yang dikeluarkan oleh klinik maupun praktek dokter di sekitar kita akan ditebus oleh pasien ke tempat kita. Di samping itu, kita juga bisa mengetahui obat-obat apa saja yang biasa diresepkan oleh mereka dan dapat menjadi pertimbangan Anda dalam hal penyediaan produk tersebut. Mengenai kerjasama tersebut dapat Anda lakukan menurut cara Anda sendiri.
  • Jalin kerjasama  dengan para detailer obat yang datang ke apotek Anda, setidaknya informasi terbaru lebih dulu sampai ke tempat Anda.  Jangan terburu-buru membeli produk dari mereka, karena biasanya pada waktu-waktu tertentu mereka akan menawarkan produk lebih murah untuk mengejar target penjualan mereka kepada Anda. Buatlah mereka untuk betah datang ke tempat Anda walaupun sebenarnya Anda belum berniat berbelanja ke mereka.
  • Ada beberapa apotek besar yang bisa menjual produk ke sesama apotek lebih murah daripada apa yang ditawarkan dari distributor kepada Anda. Jalinlah kerjasama dengan mereka. Karena di samping Anda dapat berbelanja ke sana dengan harga murah, juga dapat berbelanja berdasarkan stock yang dibutuhkan oleh apotek Anda. Karena kalau kita berbelanja ke distributor haruslah dengan minimum order yang terkadang membuat kita harus menambahkan stock produk untuk memenuhi minimum order tersebut, sedangkan kalau kita berbelanja ke sesama apotek kita bisa berbelanja tanpa harus memenuhi minimum ordernya, tetapi berdasarkan kekosongan stock produk di tempat Anda.
  • Perhitungan keuntungan apotek jangan kita perhitungkan berdasarkan margin yang kita tetapkan kepada setiap produk yang ada di apotek, tetapi diperhitungkan berdasarkan jumlah pembelian setiap jenis produk dalam satu bulan. Hal ini dapat saya terangkan seperti dalam contoh berikut ini:
              Berdasarkan data yang saya miliki di apotek saya terdapat 3 jenis produk yang selama 3 bulan pertama memiliki turnover penjualan yang sangat bagus, lalu saya masukkan ke dalam produk fast moving. Pada awalnya saya menentukan margin keuntungan sebesar 15% setiap jenis produk tersebut, misalkan laba untuk produk A= 2000/bh, produk B= 3000/bh, produk C= 4000/bh. Setiap bulannya saya melakukan pembelian masing-masing produk tersebut 5 buah. Untuk meningkatkan keuntungan apotek saya, saya tidak menaikkan margin keuntungan terutama untuk ketiga item produk itu, tetapi saya justru menurunkannya dan hal itu terbukti. Mengapa bisa demikian? Karena dengan menurunkan margin, jumlah pembelian saya untuk ketiga produk tersebut menjadi meningkat setiap bulannya dan keuntungan saya untuk ketiga produk tersebut menjadi bertambah. Perhitungannya seperti ini: Saya menurunkan margin untuk produk A= 1300/bh, produk B= 2500/bh, produk C= 3000/bh. Pada awalnya total keuntungan ketiga produk tersebut adalah sbb:
      Produk A= 5 x 2000 = 10000
      Produk B= 5 x 3000 = 15000
      Produk C= 5 x 4000 = 20000
      Ketika saya menurunkan margin keuntungan saya, ternyata total pembelian dari ketiga produk tersebut meningkat dengan rata-rata pembelian dalam satu bulan menjadi 13 buah, dan membuat keuntungan apotek saya meningkat. Total keuntungannya menjadi sbb:
      Produk A= 13 x 1300 = 16900 (selisih 6900 dari keuntungan awal)
      Produk B= 13 x 2500 = 32500 (selisih 17500 dari keuntungan awal)
      Produk C= 13 x 3000 = 39000 (selisih 19000 dari keuntungan awal)

      Di samping itu, saya juga memperoleh keuntungan lainnya yaitu jumlah konsumen yang datang pun menjadi bertambah dan untuk produk-produk lainnya juga ikut meningkat penjualannya. Hal ini disebabkan karena apotek saya menjadi salah satu apotek yang menawarkan produk dengan harga yang kompetitif di mata masyarakat.
      • Belanja Produk dengan Produk
      Belanja produk dengan produk? Anda pasti heran dengan konsep ini, namun telah saya terapakan konsep ini dan ternyata terbukti berhasil. Hal ini bisa dipraktekkan apabila kita telah memiliki kerjasama dengan para distributor dimana kita telah diberikan kesempatan untuk belanja dengan sistem kredit dan juga telah memiliki kerjasama yang baik dengan para sales terutama sales dari pabrik. Hal ini bisa saya terangkan sebagai berikut:
      Apotek saya telah berdiri cukup lama (kira-kira 2 tahun lebih). Selama berjalan, saya telah menjalin kerjasama dengan salah satu pabrik untuk memasarkan salah satu produknya. Pihak pabrik menawarkan diskon tambahan hingga 30% dengan syarat dalam satu bulan saya melakukan pembelian sebanyak 50 box. Akan tetapi, berdasarkan data penjualan produk tersebut dalam satu bulan, produk tersebut hanya bisa terjual di apotek sebanyak 12 box saja. Hal itu menjadi mustahil bukan? Karena kredit yang diberikan hanya untuk satu bulan saja. Akan tetapi, saya berani untuk mengambil penawaran tersebut dimana saya sebelumnya melakukan survei pasar mengenai produk tersebut. Karena saya juga memiliki kerjasama yang cukup baik dengan beberapa apotek, saya juga menawarkan produk tersebut ke apotek-apotek tersebut dengan sistem tunai dan ternyata mereka tertarik karena mereka tidak mendapatkan kondisi penawaran yang menarik itu dari pihak distributor. Dari hasil penjualan produk tersebut, saya melakukan barter barang dengan mereka yang ternyata memiliki produk yang saya butuhkan di apotek saya dan memiliki kondisi penawaran yang tak pernah saya dapatkan sebelumnya dari distributor dan memiliki turnover penjualan yang cepat dalam satu bulan.
      Jadi pada prinsipnya adalah setiap apotek ternyata memiliki satu atau beberapa produk andalan dimana mereka mendapatkan suatu perlakuan khusus dari distributor. Walaupun demikian, mereka belum tentu mampu memenuhi syarat yang diberikan karena kondisi pasar dari setiap daerah tempat apotek itu berada. Misalkan produk A walau diskonnya bagus tetapi kurang laku di apotek saya, tetapi sangat laku di apotek Q sedangkan apotek Q tidak pernah mendapatkan kondisi diskon yang didapatkan oleh apotek saya. Begitupun sebaliknya. Karena saya memiliki hubungan yang baik dengan apotek Q, saya melakukan barter produk dengan apotek Q sehingga kita saling membantu untuk memasarkan produk murah tersebut di daerah kita masing-masing. Kredit yang jatuh tempo dapat kita penuhi, jenis produk yang kita miliki di apotek pun juga bertambah dan dapat terjual dengan cepat. Istilahnya ialah kita memiliki sistem simbiosis mutualisme. Jadi, janganlah kita menganggap apotek di sekitar kita maupun di luar daerah apotek kita sebagai kompetitor yang harus dimusuhi. Hal-hal semacam ini nantinya akan kita alami. Hal ini terbukti dengan apa yang saya dapatkan dimana dari satu macam produk saja, saya bisa belanja lebih dari 10 macam produk fast moving yang saya butuhkan di apotek saya dengan sistem barter. Keuntungan yang saya peroleh pun menjadi bertambah, diantaranya:
      1. Margin laba dengan sendirinya bertambah untuk produk-produk fast moving (mis: dari 10% menjadi 15%).
      2. Jumlah item produk di apotek pun bertambah sehingga terbentuk image di masyarakat bahwa apotek kita sebagai salah satu apotek yang murah dan lengkap.
      3. Kita tidak lagi mengeluarkan modal dalam belanja barang dengan menggunakan sistem ini dimana modal tersebut dapat kita gunakan untuk menambah apotek baru nantinya.
      Walaupun demikian, hal ini tidak dapat saya peroleh secara instan, perlu proses yang butuh waktu namun bisa kita peroleh dengan hubungan yang baik seperti pernah saya tulis sebelumnya.
      •  Servis yang memuaskan terhadap konsumen
                 Konsumen adalah raja. Hal ini sudah tak terbantahkan lagi, sebab salah satu alat promosi yang murah adalah konsumen itu sendiri. Jika mereka tidak puas dengan pelayanan kita, dengan sendirinya mereka akan bicara di luar bahwa pelayanan apotek kita jelek dan mengakibatkan apotek kita tidak banyak dikunjungi oleh mereka. Jangan pernah merasa tersinggung atas berbagai keluhan atas konsumen (baik itu harga, pelayanan, dsb) dan selalu kita hadapi dengan senyuman. Sekali saja kita tersinggung, akan berakibat fatal dalam kelangsungan usaha apotek kita.
      Salah satu pelayanan yang dapat membuat mereka kembali berbelanja ke kita antara lain dengan memberikan prioritas layanan kepada konsumen yang sering berkunjung dan berbelanja di apotek kita, diantaranya dengan harga khusus, pelayanan lebih cepat, dsb.
      Contoh: terkadang ada beberapa konsumen telah secara rutin menebus resep mereka per bulan. Untuk resep-resep tersebut dapat kita berikan perlakuan khusus (misalkan diskon) kepada mereka. Dengan demikian, diharapkan mereka akan kembali menebus resep tersebut di tempat kita dan siapa tahu mereka akan membeli produk-produk lainnya di luar resep tersebut dan juga akan memberikan informasi kepada teman-teman mereka tentang apotek kita.
      • Evaluasi trend penjualan secara berkala
      Evaluasi ini wajib kita lakukan untuk mengetahui produk-produk apa saja yang laku, kurang laku, maupun tidak laku di apotek kita. Evaluasi ini dapat dilakukan setiap 3 bulan. Data tersebut kita kumpulkan untuk kemudian kita analisa produk-produk apa saja yang masih dapat kita sediakan nantinya. Sebaiknya untuk produk-produk yang tidak laku selama dua kali evaluasi kita jual rugi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya penyimpanan produk tersebut, dimana hasil penjualan produk itu bisa untuk menambah stok produk yang cepat laku. Lebih baik rugi di awal daripada rugi di kemudian hari karena produk tersebut tidak dapat lagi dijual karena sudah kadaluarsa. Produk-produk tersebut dapat kita tawarkan ke apotek lain atau dapat kita lakukan semacam Garage Sale (Cuci Gudang) pada waktu-waktu tertentu kepada masyarakat.
      • Menjalin Kerjasama dengan Dokter
      Salah satu keuntungan yang paling besar dari apotek ialah dari resep dokter. Semakin banyak resep dokter yang ditebus ke apotek kita, semakin besar pula keuntungannya. So, bagaimana caranya agar resep tersebut bisa mampir ke apotek kita? Salah satunya ialah dengan menjalin kerjasama dengan dokter yang membuat resep tersebut. Kerjasama tersebut bisa dengan menginformasikan ke dokter yang bersangkutan bahwa apotek kita menyediakan item-item obat yang akan dia resepkan nanti, atau dengan memberikan semacam insentif (fee) kepada dokter tersebut apabila resep tersebut ditebus oleh konsumen di apotek kita. Dengan kerjasama tersebut, diharapkan obat-obat resep di apotek kita dapat dengan cepat terjual di apotek kita.
      • Survei harga di pasaran secara berkala
      Hal ini perlu dilakukan terutama untuk produk-produk yang banyak dijual di pasaran (produk OTC) sehingga kita dapat mengevaluasi apakah harga yang kita jual ke konsumen termasuk dalam kategori harga yang kompetitif sehingga kita dapat menjaga image di masyarakat bahwa di apotek kita termasuk apotek yang menjual obat dengan harga yang kompetitif. Produk-produk terutama produk OTC inilah sebagai salah satu produk pemancing konsumen untuk datang ke apotek kita. Jika untuk produk seperti itu saja harga yang kita tawarkan sudah tidak kompetitif, maka akan terbentuk pandangan di masyarakat untuk obat-obat resep lainnya harganya pasti tidak kompetitif lagi.
      • Pengelolaan Laba Usaha
      Sebaiknya laba usaha yang kita peroleh dapat kita simpan sebagian salah satu modal pengembangan selanjutnya untuk membuat cabang-cabang apotek kita nantinya. Sisihkan laba bersih apotek kita (kira-kira 50%) untuk pengembangan usaha / pembukaan cabang baru di daerah lain. Dengan membuka cabang baru, penyebaran (distribusi) produk akan semakin luas.

      Demikian beberapa tips yang ingin saya sampaikan. Mudah-mudahan bagi Anda yang ingin memulai usaha ini ataupun yang ingin mengembangkan usaha ini tips yang saya berikan dapat bermanfaat.







        Senin, 28 Maret 2011

        Ketatnya Persaingan Di Bidang Perapotekan

        Ternyata bisnis di bidang retail obat-obatan masih menjadi bisnis yang menjanjikan. Hal ini dapat kita perhatikan mulai bermunculan apotek-apotek baru di daerah sekitar kita. Akan tetapi, banyak juga apotek-apotek lama yang gulung tikar. Walaupun demikian, bisnis di bidang perapotekan masih tetap menjadi bisnis yang menjanjikan.
        Ada beberapa alasan mengapa bisnis di bidang perapotekan masih menjadi bisnis yang menjanjikan, diantaranya:

        • Obat telah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi masyarakat. Kalau kita sakit pasti membutuhkan obat.
        • Perizinan untuk membuka usaha ini sekarang menjadi lebih mudah, apalagi sekarang telah dibukanya izin pembuatan apotek rakyat.
        Akan tetapi, mengapa masih ada juga apotek-apotek yang sudah lama berdiri akhirnya ada juga yang gulung tikar? Banyak faktor yang membuatnya seperti itu, diantaranya:
        • Ketatnya persaingan antar sesama apotek di sekitar apotek tersebut, baik dalam hal persaingan harga obat, persaingan pelayanan dan lain sebagainya.
        • Dikarenakan perizinan untuk membuka apotek dipermudah, hal ini menyebabkan menjamurnya apotek-apotek di suatu daerah tanpa memperhatikan jumlah masyarakat yang akan dilayani. Contoh: Daerah A dengan jumlah penduduk 150 KK, tetapi di daerah tersebut telah berdiri sekitar 20 apotek. Berarti rata-rata tiap apotek melayani 7-8 KK. Nah, jika diperhitungkan bahwa setiap tahun setiap orang mengalami sakit dan berobat, berarti setiap bulannya apotek hanya melayani 1 KK saja. Akibatnya muncullah persaingan-persaingan antar apotek di sekitar daerah tersebut dimana siapa yang kuat bersaing itulah yang akan bertahan hidup.
        Berdasarkan atas pengamatan dan pengalaman saya sebagai salah satu praktisi kesehatan dan pelaku bisnis apotek, ketatnya persaingan antar apotek menimbulkan persaingan yang semakin lama semakin tidak sehat, mulai dari banting harga obat, hingga dari pembelanjaan obat dari distributor tidak resmi tanpa memperhatikan  keaslian dari obat tersebut. Selama harga yang dibeli dari distributor tersebut murah dari distributor resmi (diskon lebih besar), maka pasti akan dibeli untuk dapat menjualnya kembali ke konsumen dengan harga murah. 
        Walaupun demikian, sampai berapa lamakah apotek-apotek yang melakukan hal demikian dapat bertahan lama? Ternyata, berdasarkan survei yang saya lakukan, tidak hanya dari sisi harga saja masyarakat membeli obat di apotek, tetapi jika pelayanannya juga menjadi salah satu faktor yang diperhatikan masyarakat. Memang betul salah satu apotek menawarkan harga obat yang paling murah di antara apotek-apotek di sekitar daerah tersebut, tetapi pelayanannya buruk dan pernah ketahuan menjual obat palsu. Sudah pasti dengan sendirinya masyarakat tidak akan pernah lagi untuk mebeli obat ke apotek tersebut.
        So, bagaimana caranya bagi kita yang ingin memulai usaha di bidang ini atau yang telah melakukan usaha ini agar usaha apotek kita bisa maju dan tetap bertahan di tengah ketatnya persaingan di bidang usaha perapotekan ini?
        Ada beberapa tips berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan yang ingin saya sampaikan mengenai hal tersebut. Hal ini dapat Anda lihat pada Judul Tips Memulai Usaha dan Pengembangan Apotek.