Kamis, 21 April 2011

Profil Penulis

Antony Silaban, S.Si, Apt, lahir di Jakarta tanggal 10 Oktober 1977 dari pasangan keluarga Ir. Anggiat Silaban (alm) dan Ny. Riaman Nababan. Anak ke-2 dari 3 bersaudara. Disekolahkan oleh kedua orang tuanya di sekolah dengan latar belakang pendidikan Kristen, yaitu di SDK IPEKA Tomang, SMPK IPEKA Tomang, dan SMUK I BPK Penabur Jakarta. Selepas SMA, melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi pada salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung (Universitas Padjadjaran) dari tahun 1996 hingga tahun 2002, kemudian dilanjutkan dengan mengambil pendidikan profesi apoteker hingga tahun 2004.
Jiwa berwiraswastanya mulai timbul ketika ia duduk di bangku kuliah. Bersama teman-teman satu kostannya merintis usaha dengan membuka warung kopi di sekitar kampus, kemudian membuka rental computer. Akibat kesibukannya dalam berwiraswasta inilah, kuliahnya di bidang farmasi agak sedikit terlambat dibandingkan teman-teman seangkatannya. Walaupun demikian, hal inilah yang membuat sang penulis bertekad bahwa setelah lulus nanti ia memiliki cita-cita untuk menjadi seorang wiraswastawan.
Selepas lulus S1 dan profesi apoteker, penulis sempat bekerja sebagai staff Quality Control  di salah satu pabrik obat di daerah Jakarta, kemudian bekerja di salah satu distributor bahan baku farmasi sebagai staff penjualan. Walaupun demikian, kesemuanya itu tidak berlangsung lama. Tekad yang sudah bulat untuk berwiraswasta membuat dirinya tak pernah merasa betah di setiap pekerjaan yang digelutinya di perusahaan.
Sekitar tahun 2004, dengan sedikit bantuan modal dari orang tua dan tabungan yang dimilikinya, ia membuka usaha di bidang perapotekan. Apotek yang pertama kali dibukanya terletak di wilayah Karawaci, Tangerang. Kemudian dia juga bekerja sebagai konsultan beberapa apotek di daerah Subang dan di Sumatera.
Menyukai kegiatan olahraga, seperti hiking, traveling, biliar, maupun golf. Sifatnya yang mudah bergaul dengan siapa saja menjadi salah satu modal penulis dalam mengembangkan usaha yang dirintisnya selama ini.
Prinsip hidupnya yaitu tak pernah berhenti belajar dari pengalaman yang membuat dirinya tertempa di bidang usaha perapotekan. Saat ini bersama salah seorang temannya, ia sedang membuat suatu konsep apotek jaringan dimana nantinya para apoteker-apoteker generasi muda tidak lagi takut untuk membuka usaha di bidang perapotekan.
Bagi Anda pembaca yang ingin berkonsultasi mengenai obat, usaha apotek, atau apapun yang berhubungan dengan farmasi, silahkan menghubungi melalui e-mail di burmed@yahoo.com. Siapa tahu permasalahan yang ingin Anda tanyakan bisa terpecahkan.

Harga Obat Semakin Mahal, Salah Dimana?

Belum lama ini kita mendapatkan informasi dari pemerintah bahwa akan ada kenaikan harga obat sebesar 10 persen. Hal ini disebabkan semakin tingginya harga bahan baku obat sendiri dimana sebagian besar bahan baku tersebut harus diimpor dari luar negeri. Bagi masyarakat pasti hal ini akan semakin berat. Dengan kata lain, sebisa mungkin kita tidak boleh sakit. Bayangkan, jika dulunya kita membeli obat sakit kepala yang dulunya hanya seribu perak, dengan adanya kenaikan ini, harganya bisa dua kali lipatnya. Lho, kok bisa begitu? Padahal kenaikan harga yang disebutkan oleh pemerintah kan cuma 10 persen, tapi mengapa harga jual di pasar bisa dua kali lipatnya? Berarti pedagang terlalu tinggi mengambil untungnya dong?
Saya sebagai salah satu pelaku pasar di bidang ini tentu tak ingin disalahkan seperti itu. Memang yang namanya pedagang pasti tujuannya satu, ingin mengambil keuntungan sebesar-besarnya. Akan tetapi, perlu diingat juga, jika kita ingin mengambil untung sebesar mungkin jika produk yang dijualnya tidak laku di pasaran juga tidak ada gunanya, apalagi jika kita yang bergerak di bidang retail. Sebab, patokan dari kita sebagai pengusaha retail, kita mengambil keuntungan berdasarkan selisih pembelian dari distributor dengan penjualan ke customer. Persaingan harga pun lebih terasa di bidang retail pada umumnya. Contohnya sebagai berikut, produk A dulunya dari distributor harga Rp. 1000,- per strip. Ketika mengalami kenaikan bahan baku obat seperti yang diberikan oleh pemerintah, harga yang diberikan distributor ke retail bukan berarti hanya naik 10 persen dari harga lama, ternyata bisa naik hingga 50 persen menjadi Rp. 1500,- per strip. Lalu, apakah kita akan menjualnya dengan harga 1100? Tentu tidak bukan? Lalu, mengapa bisa begitu?
Dari berbagai macam informasi dan data yang saya kumpulkan, dan juga berbagai macam contoh kasus yang pernah saya alami, saya memiliki gambaran dan kesimpulan mengenai distribusi obat yang ada di negeri kita ini:
•    Sistem pengawasan yang kurang dari pihak produsen obat maupun pemerintah bahkan seperti sengaja dibiarkan dalam hal distribusi obat menyebabkan banyak terjadi ketimpangan dalam pengontrolan harga di pasar.
•    Adanya ketimpang-tindihan antar sesama distributor dimana harga obat yang seharusnya khusus untuk konsumen tertentu (pelaku tender contohnya) ternyata bisa diperoleh oleh konsumen luas. Hal ini bisa terjadi karena ada permainan antara orang dalam di distributor itu sendiri.
•    Terjadinya kongkalingkong antara pihak detailer obat kepada praktisi kesehatan (dokter), sehingga biaya promosi yang seharusnya bisa diterima oleh retail menjadi tidak sampai.

Kesimpulan yang ketiga ini bukanlah mengada-ada, tetapi berdasarkan atas apa yang saya alami selama saya membuka usaha apotek. Pernah waktu itu saya didatangi oleh salah satu detailer obat dari satu pabrik terkemuka di Indonesia. Ia menawarkan salah satu produknya untuk disediakan di apotek saya. Sebenarnya saya tidak berkeberatan dengan hal tersebut. Namun ketika saya menanyakan bentuk kerjasama yang ia tawarkan lalu mengenai kondisi khusus harga yang disepakati, ternyata saya tidak menerima suatu penawaran yang saling menguntungkan dan penawaran tersebut terkesan dipaksakan kepada saya. Sebelumnya produk tersebut sudah tersedia di apotek saya, tetapi saya membeli bukan dari distributor utama (dalam hal ini pihak mereka sendiri) melainkan dari sub distributor dari mereka (pihak kedua). Logikanya, jika saya membeli dari pihak kedua, seharusnya harga yang ditawarkan pasti lebih tinggi bukan? Ternyata tidak demikian, malah pihak kedua memberikan harga lebih rendah dari distributor utama. Saya sebagai pedagang (dan sudah pasti pedagang keseluruhan) sudah barang tentu memilih penawaran dari pihak yang memberikan penawaran yang lebih bagus. Sayapun menolak kerjasama tersebut, karena dengan penawaran tersebut saya tidak bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan harga murah untuk produk tersebut. Ketika saya menolak kerjasama tersebut, terjadi suatu kejadian yang sangat mengagetkan saya. Frekuensi resep dari dokter tersebut yang menggunakan resep tersebut menurun drastis. Awalnya saya berpikir hal tersebut lumrah, tetapi lama kelamaan saya menjadi curiga karena hal tersebut sudah berlangsung selama 3 bulan berturut-turut. Ketika saya mulai menyelidiki hal tersebut, ternyata pihak detailer obat tersebut memberikan informasi ke dokter tersebut bahwa apotek saya tidak bersedia bekerjasama sehingga perlakuan khusus (komisi maksud saya) yang dijanjikan tidak dapat diperoleh oleh dokter tersebut. Ia sepertinya menyarankan ke dokter tersebut untuk mengalihkan ke apotek lain yang lebih jauh dari klinik tempat ia praktek resep yang ia berikan kepada pasien.
Menurut saya sebagai pedagang, hal ini justru merusak reputasi apotek saya, dan saya sangat kecewa dengan praktek-praktek semacam ini. Jadi sebenarnya, end user dari obat di negeri kita ini siapa? Kalau praktek-praktek demikian terus terjadi, bagaimana kita sebagai pengusaha apotek bisa memberikan pelayanan yang terbaik kepada customer jika kita sendiri tidak diberikan perlakuan yang baik dari pihak distributor? Bukankah biaya promosi (entertainment) semacam itu seharusnya diberikan kepada pihak retail bukan? Ketika saya membicarakan hal tersebut kepada sesama pengusaha apotek, mereka tersenyum dan mengatakan bahwa hal-hal tersebut sudah menjadi rahasia umum dan susah untuk dihentikan, karena di negeri kita ini sebenarnya end user  obat itu bukan pasien, tetapi dokter (khususnya obat-obatan resep) sehingga tercipta iklim usaha demikian. Kalau produknya ingin laku dan tertulis di resep, imbal baliknya apa kepada penulis resep tersebut.
Kembali ke kasus di atas, saya marah sekali. Adanya kongkalikong seperti itu menyebabkan omzet apotek saya turun drastis. Akhirnya saya melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah tersebut. Saya mengunjungi setiap apotek di sekitar klinik tersebut (dalam radius jarak 1 km) dan membeli seluruh produk tersebut yang tersedia di setiap apotek, kemudian saya menjualnya kembali dengan harga yang sangat murah dan bahkan (di bawah harga beli dari distributor), dan juga menawarkannya kembali ke apotek-apotek sekitarnya dengan harga sangat murah keesokan harinya. Hal itu saya lakukan selama 1 bulan berturut-turut sambil mengamati kondisi pasar. Memang tindakan saya itu sangat beresiko tinggi dan terlalu berspekulasi, tetapi tujuan saya ialah ingin menjatuhkan harga di pasar untuk produk tersebut dan membuat agar semua apotek di sekitar klinik tersebut membeli produk itu hanya ke apotek saya saja, tidak lagi membeli ke distributor utama ataupun agennya (karena harga yang saya tawarkan sangat murah). Apa yang saya harapkan terjadi. Setelah lewat 1 bulan, detailer obat tersebut kembali datang ke apotek saya dan kembali menawarkan produknya dengan harga yang berbeda dan meminta kepada saya untuk tidak melanjutkan kegiatan spekulasi itu di daerah saya. Tentu saja saya menolaknya kembali, mengingat perlakuan dia terdahulu menyebabkan kerugian yang cukup besar terhadap usaha saya disamping kerugian yang juga saya alami selama saya melakukan spekulasi di atas. Walaupun demikian, saya masih bisa menerima tawaran tersebut dengan cara memintanya agar saya mendapatkan harga separuh dari harga normal pembelian dan memintanya untuk tidak melakukan tindakan-tindakan seperti dulu di daerah saya. Pihak detailer agak keberatan, namun setelah cukup lama bernegosiasi akhirnya pihak detailer bersedia menerima persyaratan yang saya tawarkan.
Dari contoh kasus yang saya alami, saya simpulkan bahwa sebenarnya biaya promosi dari produsen tersebut bisa kita peroleh sebagai pelaku retail. Akan tetapi, hal tersebut menjadi terganjal akibat praktek-praktek yang tidak baik, sebab salah satu penyebab harga obat menjadi tinggi akibat praktek-praktek di atas. Kita sebagai pelaku usaha retail memang ingin meraih keuntungan yang besar, tetapi jika kita mendapatkan harga yang murah (dengan diskon yang sudah menjadi hak kita) akan dengan sendirinya memberikan harga yang terbaik kepada konsumen karena menurut saya, salah satu ujung tombak utama bagi pihak produsen untuk memasarkan produknya ialah apotek itu sendiri. Kalau hal-hal seperti ini bisa terhapuskan, saya berkeyakinan bahwa harga obat di negeri kita ini bisa ditekan kok dan masyarakat ekonomi rendah tidak lagi takut akan biaya jika dirinya sakit, yah itupun kalau pihak produsen maupun pihak pemerintah bertekad melakukannya, tapi kalau tidak ya susah juga ya. Habis mau gimana lagi, budaya korupsi maupun suap-menyuap seperti kasus di atas udah seperti budaya di negeri kita ini. 

DRUG STORE MAP, Media Informasi Apotek Bagi Masyarakat

Pernahkah Anda merasa kesal, bingung atau susah sekali untuk cari obat yang ingin Anda beli? Atau ketika Anda sedang berpergian ke luar kota, tiba-tiba Anda mendadak sakit dan membutuhkan obat, tapi di daerah itu susah untuk cari apotek/ toko obat / klinik? Drug Store Map dapat menjadi solusi bagi masalah tersebut.
Ide ini sebenarnya masih sekedar ide mentah dari saya saja. Ide ini muncul atas dasar pengalaman pribadi saya ketika saya sedang berlibur ke luar kota. Tiba-tiba di dalam perjalanan tersebut, ibu saya lupa membawa obat yang biasa diminum dan harus rutin. Lalu kami pun pergi ke apotek sekitarnya namun tidak ada yang menjual produk tersebut. Setelah cukup lama mencari, akhirnya kami bisa mendapatkannya di apotek yang cukup jauh dari tempat penginapan.
Contoh pengalaman yang saya ceritakan di atas pasti Anda sekalian pernah mengalaminya. Pusing bukan? Waktu jadi banyak tersita. Belum lagi jika obat yang dibutuhkan itu sangat urgent, wah nyawa bisa melayang bukan?
Oleh karena itu, saya memiliki ide menciptakan suatu media informasi apotek dimana masyarakat bisa mengetahui daftar apotek-apotek yang menyediakan obat-obat yang dibutuhkan mereka. Media ini bisa diakses melalui handphone / smartphone yang dapat menggunakan akses internet.



Saya berikan urutan sederhana dari aplikasi tersebut di bawah ini:
1.    Anda masukkan posisi Anda sekarang di kolom yang tersedia
2.    Setelah itu, Anda masukkan nama obat yang Anda butuhkan pada kolom yang tersedia
3.    Ketika Anda telah mengisi semuanya, aplikasi ini akan menampilkan daftar apotek yang menyediakan obat tersebut dalam radius tertentu dan terdekat dengan posisi Anda berikut alamat dan nomor telepon apotek tersebut.
4.    Jika tidak tersedia, akan muncul pertanyaan apakah Anda ingin mencari kembali. Ketika Anda mengklik yes, akan ditampilkan daftar apotek lainnya dengan radius yang lebih jauh dari yang pertama.
5.    Jika masih tidak diketemukan, aplikasi ini akan memberi pertanyaan apakah Anda bersedia membeli produk yang berbeda tetapi memiliki kandungan yang sama dengan yang Anda cari. Ketika Anda menjawab ya, akan muncul daftar produk yang memiliki kandungan yang sama berikut daftar apotek yang menyediakan produk tersebut.
Bentuk aplikasi di atas nantinya akan dibuat sangat sederhana dan siapa saja dapat mengaksesnya (user friendly). Apalagi alat yang dibutuhkan (HP / smartphone) saat ini sudah banyak yang menggunakannya. Aplikasi ini sifatnya gratis dan masyarakat bisa mendownloadnya di internet nantinya.
Banyak manfaat dan keuntungan yang bisa diperoleh dengan aplikasi ini, antara lain:
1.    Kita sebagai user akan lebih cepat mendapat informasi daftar apotek yang menyediakan obat yang kita butuhkan, terlebih lagi ketika kita berada di luar kota.
2.    Kita juga bisa dengan cepat mengetahui informasi produk subtitusi dari obat yang kita butuhkan ketika obat tersebut sangat jarang disediakan oleh apotek yang dekat dengan posisi kita.
3.    Aplikasi ini juga bisa menjadi media promosi bagi apotek-apotek yang terdaftar, sehingga mereka bisa menyampaikan informasi produk-produk yang disediakan oleh apotek tersebut.
Memang aplikasi ini belum terealisasi, masih menjadi angan-angan saya saja karena butuh waktu dan biaya yang tidak kecil, belum lagi terkendala pada keinginan apotek-apotek untuk mau mendaftarkan data produknya ke dalam aplikasi ini karena sudah pasti jenis produk yang apotek sediakan tidak cuma satu dua macam saja. Apalagi apotek yang ingin mendaftarkan ke aplikasi ini dikenakan biaya pendaftarannya (hehehe, ya keuntungan saya dari biaya pendaftaran inilah).
So, apakah ada dari pembaca yang tertarik dengan ide saya ini lalu mau menjadi sponsor untuk pembuatan aplikasi ini dapat menghubungi saya melalui e-mail di burmed96@yahoo.com. Saya yakin, aplikasi ini kalau sudah jadi bisa menghasilkan keuntungan yang besar apalagi teknologi informasi semakin maju dan masyarakat semakin melek akan teknologi informasi. 

Bursa Medika, Konsep Baru Di Dunia Usaha Retail Farmasi

Bursa Medika? Apa itu bursa medika? Konsep baru yang bagaimana lagi nih?
Hehehe, sebenarnya konsep ini saya kemukakan bukan barang baru juga, melainkan kombinasi dari berbagai konsep usaha yang coba saya aplikasikan di dunia retail farmasi dalam hal ini bidang perapotekan. Bisa dibilang konsep ini sebagai modifikasi dari konsep apotek jaringan maupun franchise yang sudah ada selama ini.
Pertama-tama saya ingin deskripsikan dulu pengertian dari bursa medika tersebut. Bursa itu artinya pasar sedangkan medika itu artinya yang berhubungan dengan kesehatan, sehingga bisa dikatakan bahwa bursa medika merupakan suatu konsep tentang pemasaran produk-produk di bidang kesehatan dengan dibantu media dunia maya (internet) sehingga terciptanya suatu pasar yang lebih luas.
Konsep ini saya buat berdasarkan pemikiran saya akan persaingan yang semakin ketat di dunia usaha retail farmasi dimana munculnya pemain-pemain bermodal besar yang membentuk jaringan apotek di berbagai daerah dimana mengakibatkan para apotek-apotek yang berdiri sendiri dan bermodal kecil di kemudian hari hukum pasar pun akan terjadi, siapa yang kuat (khususnya modal) itulah yang akan menjadi pemenag. Kalau begitu, nasib apotek-apotek mandiri dan bermodal kecil dapat dipastikan akan tersingkir secara alami. Dengan konsep ini, saya berharap agar apotek-apotek yang kecil ini akan dapat bertahan dan mampu bersaing dengan apotek-apotek yang bermodal besar.
Konsep ini sebenarnya sederhana saja dan berbasis jaringan dengan dibantu teknologi informasi (internet) dan bisa dikatakan semacam konsep koperasi, dimana para anggotanya dapat membeli kebutuhan produk di apoteknya terkordinir dari koperasi tersebut. Dengan terkumpulnya kebutuhan-kebutuhan para anggotanya, koperasi tersebut memiliki posisi tawar yang lebih baik kepada pihak produsen (melalui distributor) dan menyebarkan produk tersebut kepada para anggotanya dibandingkan anggota koperasi tersebut membelinya secara langsung kepada distributor.
Sebagai contoh: distributor menawarkan harga produk A sebesar 10000/box. Produk A ini termasuk produk yang laku di pasar dan banyak dibutuhkan di seluruh apotek. Kita bentuk semacam koperasi dimana anggotanya terdiri atas 20 pemilik apotek yang berdiri sendiri. Kemudian koperasi tersebut yang nantinya membeli produk tersebut ke distributor dalam jumlah partai besar. Sudah barang tentu akan ada kondisi diskon yang lebih diberikan pihak distributor. Nah kondisi inilah yang nantinya akan diberikan kepada masing-masing anggotanya. Harga jualnya pun dari masing-masing anggota akan mampu bersaing di pasar. Menguntungkan bukan? Disamping itu, anggota koperasi tersebut tidak memiliki keterikatan dalam hal manajemen, semuanya berpulang kepada manajemen masing-masing pemilik. Walaupun demikian, secara alami hubungan timbal-balik dan menguntungkan antar sesama anggota akan tumbuh dan bukan lagi bersifat saling menjatuhkan lagi.
Konsep ini sudah pernah saya coba di salah satu apotek yang saya miliki. Memang tidak mudah, tapi secara perlahan dan pasti apotek-apotek yang saya ajak tertarik dan mereka pun merasakan banyak manfaat yang diperoleh. Para anggota juga sekarang tidak lagi perang harga antar sesama anggota koperasi karena kebutuhan produknya itu sudah tersedia dari pusatnya dan harga yang didapatkan sudah sama-sama saling mengetahui. Kalaupun masih ada persaingan harga, tingkat persaingan sudah tidak seperti yang dulu.
Sekarang ini saya mencoba memperluas konsep tersebut, dimana saya mencoba menciptakan suatu gudang besar bagi para apotek, dimana para apotek yang membeli kebutuhan produk di tempatnya bisa dibeli di gudang besar tersebut dan bisa dibeli secara eceran dan harga yang sangat kompetitif. Dengan bantuan media internet, jaringan apotek akan semakin luas.
Banyak keuntungan-keuntungan yang pasti diperoleh pemilik apotek, diantaranya:
1.    Harga yang didapatkan jauh lebih murah, karena gudang besar membeli produk-produk yang ditawarkan dari pihak distributor utama. Contohnya seperti yang sudah saya ceritakan di atas.
2.    Apotek-apotek yang berbelanja di gudang besar ini (Bursa Medika) bisa membeli kebutuhan produknya secara eceran (strip, botol, fls) sehingga pengaturan stock dalam waktu satu bulan lebih terjaga. Contohnya begini: biasanya untuk produk A, apotek membeli dari distributor harus 1 box (10 strip) dan kredit 1 bulan, tetapi produk tersebut dalam waktu satu bulan hanya bisa terjual 3 strip saja. Berarti 7 strip sisa harus dibayarkan terlebih dahulu ke distributor dan menjadi stock. Dengan berbelanja di gudang besar ini, apotek tidak perlu lagi berbelanja 10 strip, tapi bisa 3 strip saja bukan. Setelah produk tersebut habis, apotek tersebut bisa membelinya lagi ke gudang besar. Biaya penyimpanan stock bisa tereduksi bukan? Dan bisa menambah item produk lainnya dari biaya tersebut.
3.    Jumlah jenis produk di apotek akan lebih bervariasi tapi stocknya tidak berlebihan. Hal ini bisa tergambarkan dari apa yang saya terangkan di atas.
4.    Keanggotaan bersifat tidak mengikat, keputusan tetap berada di tangan masing-masing pemilik. Jadi setiap anggota dapat membeli kebutuhan di apoteknya di luar gudang besarnya.
5.    Bagi yang ingin memulai usaha apotek pertama kali, konsep ini akan meminimalisasi modal yang harus dikeluarkan. Modal pengadaan produk menjadi lebih kecil karena bisa membeli produk secara eceran.
6.    Di dalam bursa ini dapat juga dijadikan sebagai wadah/media bagi para apotek-apotek yang menjadi anggota untuk menjual produknya sendiri ke sesama apotek yang juga menjadi anggota di bursa ini. Misalkan apotek A memiliki beberapa produk yang tidak laku di apoteknya dan tidak bisa lagi diretur ke distributor. Nah, produk tersebut sudah menjadi produk yang rugi bukan? Daripada tidak laku sama sekali, apotek tersebut bisa menawarkan produk tersebut melalui media yang tersedia di bursa ini ke sesama apotek yang mungkin di apotek lain ternyata lebih cepat laku. Yah, semacam sistem cuci gudang maksudnya. Atau bisa dengan contoh lainnya: Apotek B karena memiliki kerjasama dengan salah satu produsen dimana apotek tersebut mendapatkan harga khusus untuk produk tertentu. Ternyata, dengan perjanjian yang telah disepakati dengan pihak produsen, penjualan produk tersebut belum tentu habis dalam waktu cepat. Dengan media ini, ia dapat menawarkan produk tersebut di sana dengan harapan produk tersebut dibeli oleh apotek-apotek yang menjadi anggota dari bursa ini.
7.    Adanya keinginan kembali bagi para apoteker (baik muda maupun tua) untuk membuka usaha di bidang apotek dan tidak lagi takut karena keterbatasan modal.
Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, konsep ini sudah saya praktekkan dan terbukti berhasil. Di dalam bursa ini, sudah cukup banyak yang mendaftarkan diri dan mengatakan konsep ini sangat bagus dan membantu mereka yang memiliki keterbatasan modal. Memang, masih banyak kelemahan-kelemahan yang harus diperbaiki, seperti waktu pengiriman yang lebih lama dari distributor biasa, sistem retur produk, dll. Namun secara keseluruhan, para apotek yang terdaftar di bursa ini menyambut baik konsep yang saya buat ini. So, bagi para pemilik apotek yang belum mendaftar ataupun Anda yang ingin memulai usaha apotek, mari bergabung di bursa ini, toh sifatnya tidak mengikat. Banyak keuntungan-keuntungan lainnya di luar yang saya sebutkan di atas. Persyaratannya pun tidak sulit. Atau jika ada yang ingin ditanyakan lebih jauh, dapat menghubungi saya melalui e-mail di: burmed96@yahoo.com atau di contact@bursamedika.com.